doc:sekolah123.com |
Anak anak usia 25 sampai 36 bulan
pada dasarnya diliputi perasaan yang turun naik. Di satu sisi mereka ingin
melakukan segala sesuatu sendiri tanpa bantuan orang lain. Tapi di sisi lain,
keinginan tersebut dibatasi kemampuannya, selain itu mereka juga ingin bermanja
manja pada ibu atau ayah tercinta. Semua ini membuat anak anak sering terlihat
keras kepala, melakukan tindakan yang sulit diprediksi, menunjukkan suasana
hati yang turun, dan bersikap negatif kepada orang lain.
Dua jenis emosi yang sering kali
muncul pada anak yaitu, rasa takut dan rasa tantrum. Pada sat ini si kecil
mulai menunjukkan kepedulian terhadap orang lain. Pada saat ini anak mulai
menunjukkan minat pada anak lain, misalnya berinteraksi dengan orang lain,
belajar disiplin mulai dari hal hal yang paling kecil, keterampilan dan
kemampuan, ambisi dan empati kepada orang lain. Sebagai orang tua, sebaiknya
anda melihat kecenderungan tantrum dan rasa takut pada anak sebagai ekspresi
yang sehat. Namun, terkadang orang tua kelelahan dalam menghadapi tantrum dan
rasa takut si kecil. Menghilangkan tantrum dan rasa takut tentu bukan pekerjaan
mudah.
Berikut ini beberapa cara dalam
menghadapi kemarahan si kecil :
1. Cobalah tenang, orang tua
harus bisa memahami situasi dan mencoba untuk tenang dalam menghadapi anak,
karena si kecil membutuhkan sosok yang dapat membuat ketenangan untuk
mengontrol situasi .
2. Ingat ingat penyebabnya, orang
tua harus lebih memahami apa yang di inginkan anak ketika anak marah, misalnya
anak terlalu lelah dan kita beri stimulasi dengan mengajaknya jalan jalan di
sekitar rumah.
3. Berbicara dengan halus namun
tegas, orang tua tidak berbicara dengan nada keras agar si kecil tidak membalas
dengan teriakan yang lebih hebat.
4. Tidak menggunakan hukuman
fisik, orang tua tidak memukul atau mencubit pada saat anak sedang tantrum.
5. Jangan berdebat, orang tua
tidak mengajak anak berdebat pada saat kemarahannya memuncak.
6. Menjaga anak dari kemungkinan
celaka, menghindari anak agar tidak melakukan memukul atau menendang pada saat
kemarahannya memuncak. Orang tua sebaiknya mengalihkan pikirannya dengan
mengajak si kecil bermain.
7. Tunjukkan empati, orang tua
mengerti perasaan si kecil ketika si kecil marah dengan mencoba mengalihkan
perhatiaan si anak.
8. Mengalihkan perhatian anak,
ketika si kecil marah, sebaiknya orang tua mengalihkan perhatiannya dengan
melakukan kegiataan kegiatan kecil seperti main bola air.
9. Beri waktu jeda, ketika anak
marah lebih baik kita memberikan waktu sendiri untuk meredakan emosinya dan
sebagai orang tua sebaiknya tidak menggangu si kecil sampai kemarahan si kecil
reda.
10. Jangan takut jika tak mereda,
dalam hal ini jika anak marah orang tua tidak perlu cemas, karena kemarahan
anak hanya sesaat dan untuk mengekspresikan emosinya.
Oleh karena itu, kita sebagai
orang tua dan pendidik harus pintar pintar memahami karakteristik anak yang
berbeda beda, sehingga kita tidak salah dalam menangani anak ketika anak marah,
nangis,dan histeris.
Sumber: Nur Fikriyatul
Khasanah S-1
Pendidikan Guru Pendidikan Anak Usia Dini – Unesa.ac.id