Sanggar Seni RKBM CImahi

Sanggar Seni RKBM

Kotak Pencarian

Rumah Kreatif Bunda Mei Headline Animator

Thursday 11 September 2014

Artikel




Penanganan Terkini Gangguan Belajar Disleksia Pada Anak Bagian II (Habis)

Penanganan
  • Usahakan agar benar-benar aktif dalam mendampinginya dari waktu ke waktu. Penderita disleksia setiap saat akan menemukan kesulitan-kesulitan. Dan  bila kita biarkan mereka mencari jawabannya sendiri,maka ketika  menemukan kegagalan demi kegagalan,si penderita justru akan menjadi  semakin bodoh. Keadaan tersebut akan memperburuk penyimpangannya.
  • Memberikan dorongan sedemikian rupa untuk mengembalikan kepercayaan dirinya. Penderita  disleksia akan cenderung  menghabiskan waktunya untuk mencari cara  dalam usahanya untuk menguasai sejumlah materi pelajaran  seperti,membaca,menulis dan hitungan-hitungan. Perjuangan ini hanya akan  tetap bertahan apabila kepercayaan dirinya terus terjaga
  • Buatlah semenarik mungkin ketika mengajarinya membaca. Hampir  semua anak penderita disleksia tidak suka pelajaran membaca,karena  membaca adalah pekerjaan yang paling berat bagi dirinya. Carilah isi  bacaan yang disukai oleh subjek,sehingga hal tersebut akan menjadi  menarik bagi subjek untuk terus mambacanya walaupun sulit.
  • Berikan model peran ,seperti orang-orang sukses yang disleksia. Model  peran  sangat penting mereka untuk meningkatkan semangatnya, dan tidak  selalu harus Albert Einstein, karena mungkin itu terlalu kuno. Ambilah  misalnya Orlando Bloom,Jackie Chan,Mc Dreamy,Patrick Dempsey (ini adalah  tokoh-tokoh pria sukses yang disleksia). Untuk wanita bisa diberikan  tokoh: Selma Hayek,Jewel,Whoopi Goldberg yang tentu akan membangkitkan  semangat dan harapan kesembuhan pada dirinya.
  • Bantu mereka dengan teknologi  yang membantu. Memberikan komputer saja untuk anak-anak disleksia  tidak akan sangat membantu. Berikan mereka software seperti Dragon Naturally Speaking atau Kurzweil 3000 . Biarkan mereka belajar sampai ia benar-benar menguasainya .
  • Gunakan Metode Pendekatan Multi-Sensori. Wilson  Reading System. Orton-Gillingham, dan Slingerland Approach merupakan  pendekatan pengajaran Multi-sensori. Mengajar mereka dengan pendekatan  multi-sensori akan sangat membantu proses recoverynya.Ke enam cara ini  bisa anda gunakan untuk bisa membantu mereka.
Bila si kecil mengalami kesulitan membaca secara teknis, seperti  sering terbolak-balik membaca kata atau bingung dengan huruf yang  bentuknya mirip, Anda bisa membantunya dengan cara :
  • Mulailah melatihnya dengan mengenalkan huruf, suku kata, lalu  berlanjut dengan kata yang terdiri dari dua suku kata, dan seterusnya.  Anda juga bisa membuatkan huruf dari lilin warna-warni agar ia lebih  bersemangat untuk belajar.
  • Lakukan metode dikte. Cobalah Anda mendiktekan suatu kata atau  kalimat kepadanya dan biarkan ia menuliskannya. Atau lakukan sebaliknya,  biarkan si kecil mendikte dan Anda yang menulis. Lalu minta ia  membacakannya kembali.
  • Ajak si kecil untuk membaca suatu wacana yang sumbernya bisa dari  buku bacaan atau buku cerita bergambar. Kemudian lakukan tanya-jawab  mengenai wacana tersebut.
  • Berikan tugas yang melatih rangsang visualnya.
Latihan Khusus Yang Bisa diberikan
Ajarkan Si Kecil Menulis
  • Sebagian anak yang menderita disleksia memiliki tulisan yang kurang  bagus. Ini disebabkan kontrol motoriknya yang tidak berfungsi dengan  baik. Langkah yang bisa dilakukan antara lain:
  • Berikan Ia sebuah buku bergambar dengan pola titik-titik. Ajarkan Ia  untuk menghubungkan titik-titik tersebut hingga menjadi sebuah gambar.  Ini berfungsi untuk melatih kemampuan motorik halusnya.
  • Latihlah terus si kecil untuk menulis halus, berupa pola ataupun  kalimat. Berikan pensil yang tebal (misalnya pensil 2B) bila tekanan  menulis si anak terlalu lemah dan pensil yang tipis (pensil H) pada anak  yang tekanan pada kertasnya terlalu kuat.
Ajak Si Kecil Bermain angka dan Melatih Ingatan Untuk  membantunya mengingat urutan hari dalam satu minggu, bulan dalam satu  tahun ataupun sejumlah deretan angka, Anda bisa membantunya dengan cara  berikut :
  • Jangan pernah lupa untuk mengingatkan ia setiap hari tentang tanggal ataupun hari saat ini.
  • Lakukan permainan yang melatih kemampuannya dalam mengurutkan, seperti permainan menyusun angka, kalimat dan sebagainya.
  • Di waktu luang, mintalah ia menceritakan kembali secara berurutan  suatu kejadian yang Ia alami dalam satu hari atau sebuah film pendek  yang baru saja ditontonnya.
  • Bila si kecil sulit memahami matematika, seperti salah menempatkan  angka dan sulit menghitung mundur atau memahami simbol. Gunakan kertas  berpetak untuk melakukan penjumlahan atau pengurangan. Ganti  lambang-lambang yang sulit dimengerti dengan istilah yang mudah  dipahami.
Ajak Si kecil Untuk Memahami orientasi
Kesulitan lain yang dialami anak disleksia adalah sering kali ragu  memahami orientasi ruang seperti kanan-kiri, depan-belakang, ataupun  atas-bawah. Tak jarang pula dari mereka yang tidak mengerti waktu dan  tempat di mana mereka berada. Untuk meningkatkan kemampuan orientasinya,  langkah berikut bisa Anda terapkan:
  • Ajak si kecil untuk mengikuti permainan baris-berbaris atau  permainan “Pegang telinga kiri dengan tangan kananmu!”. Ini berfungsi  untuk melatih kemampuan orientasinya
  • Jika si kecil benar-benar sulit membedakan mana tangan kanan dan kiri, berilah tanda seperti gelang pada salah satu tangannya.
  • Bacakan buku dan bantu mereka saat hendak membaca buku sendiri
  • Untuk usia pra sekolah, ajarkan rima, bermain game kata-kata dan puzzle juga akan membantu.
  • Ajarkan dan latih bersama bagaimana mengenakan pakaian
  • Jangan memfokuskan pada kelemahannya, dukung kegiatan yang disenangi
  • Bantu untuk mengerjakan PR
  • Tingkatkan kepercayaan diri mereka
Pelatihan Lainnya
  • Melatih  anak menulis sambung sambil      memperhatikan cara anak duduk  dan  memegang pensilnya. Tulisan sambung memudahkan      murid  membedakan  antara huruf yang hampir sama misalnya ’b’ dengan ’d’. Murid harus  diperlihatkan terlebih dahulu cara menulis huruf sambung       karena  kemahiran tersebut tidak dapat diperoleh begitu saja.  Pembentukan huruf yang betul sangatlah penting dan murid harus  dilatih menulis  huruf-huruf  yang hampir sama berulang kali.  Misalnya huruf-huruf  dengan bentuk bulat:  ”g, c, o, d, a, s, q”,  bentuk zig zag: ”k, v,  x, z”, bentuk linear: ”j, t,      l, u, y”,  bentuk hampir serupa: ”r, n,  m, h”.
  • Adanya komunikasi dan pemahaman yang sama mengenai anak disleksia antara orang tua dan guru
  • Anak duduk di barisan paling depan di kelas
  • Guru  senantiasa mengawasi / mendampingi saat anak diberikan tugas,  misalnya guru meminta dibuka halaman 15, pastikan anak tidak  tertukar dengan membuka halaman lain, misalnya halaman 50
  • Guru  dapat memberikan toleransi pada anak disleksia saat menyalin soal  di papan tulis sehingga mereka mempunyai waktu lebih banyak untuk  menyiapkan latihan (guru dapat memberikan soal dalam bentuk  tertulis di kertas)
  • Anak  disleksia yang sudah menunjukkkan usaha keras untuk berlatih dan  belajar harus diberikan penghargaan yang sesuai dan proses  belajarnya perlu diseling dengan waktu istirahat yang cukup.
  • Guru  dan orang tua perlu melakukan pendekatan yang berbeda ketika  belajar matematika dengan anak disleksia, kebanyakan mereka lebih  senang menggunakan sistem belajar yang praktikal. Selain itu kita  perlu menyadari bahwa anak disleksia mempunyai cara yang berbeda dalam menyelesaikan suatu soal matematika, oleh karena itu tidak  bijaksana untuk ”memaksakan” cara penyelesaian yang klasik jika  cara terebut sukar diterima oleh sang anak.
  • Aspek  emosi. Anak disleksia dapat menjadi sangat sensitif, terutama jika  mereka merasa bahwa mereka berbeda dibanding teman-temannya dan  mendapat perlakukan yang berbeda dari gurunya. Lebih buruk lagi  jika prestasi akademis mereka menjadi demikian buruk akibat  ”perbedaan” yang dimilikinya tersebut. Kondisi ini akan      membawa  anak menjadi individu dengan ”self-esteem” yang rendah dan tidak       percaya diri. Dan jika hal ini  tidak segera  diatasi akan terus bertambah parah dan menyulitkan proses terapi  selanjutnya. Orang tua dan guru seyogyanya adalah      orang-orang  terdekat yang dapat membangkitkan semangatnya, memberikan      motivasi  dan mendukung setiap langkah usaha yang diperlihatkan anak disleksia. Jangan sekali-sekali membandingkan anak disleksia dengan temannya, atau dengan saudaranya yang tidak disleksia.
 Sumber: tumbuhkembanganakku.com
 

No comments: