BERMAIN
ITU BELAJAR, Bukan Bermain Sambil Belajar
|
|
|
Bermain
adalah kegiatan intrinsik alami yang dilakukan anak-anak. Kecuali saat sedang
tidur, anak-anak sering tampak terlibat dengan permainan. Saat sedang mandi
mereka main air atau main sabun. Pada saat sedang makan memainkan makanannya
atau sendok garpunya. Bahkan saat sedang mengerjakan PR pun anak kerap
menciptakan permainan sendiri yang mungkin mengalihkan perhatiannya dari PR
yang ada di depannya. Mengapa anak-anak sangat tertarik dengan bermain?
|
Four Freedoms of Play (Empat Kebebasan dalam Bermain)
Jika
dilihat lebih luas, bukan hanya anak-anak manusia yang gemar bermain. Di
dunia anak-anak binatang pun, bermain menjadi kegiatan utama. Para peneliti membuktikan
bahwa permainan yang dilakukan anak-anak binatang adalah cara mereka belajar
untuk mempertahankan hidupnya. Anak-anak macan bermain berkelahi dengan satu
sama lain, karena di masa depannya sebagai macan dewasa mereka harus bisa
berkelahi dengan mangsanya. Sementara anak-anak zebra bermain berlarian di
padang rumput untuk melatih kakinya agar dapat melarikan diri dari
pemangsanya. Semakin tinggi inteligensi hewan tersebut, semakin banyak dan
kompleks permainan yang dilakukan anak-anak hewan tersebut.
Di
dunia hewan bermain sarat dengan pelajaran hidup, secara alami terjadi
sebagai upaya agar sukses dalam keberlangsungan spesiesnya. Bagaimana dengan
bermain di dunia anak-anak kita?
Professor
Scott Osterweil dari Comparative Media Studies dan Education Arcade Project
di universitas terkemuka Massachusetts Institute of Technology di Amerika
Serikat, mengemukakan hasil observasinya yang menghubungkan bermain dan
belajar. Beliau menyatakan bahwa dalam bermain, ada 4 kebebasan yang
dinikmati anak-anak. 4 kebebasan ini diberi nama “The Four Freedoms of
Play”:
|
1. Freedom to Experiment/Explore (Kebebasan Bereksperimen
atau Bereksplorasi)
Permainan
sarat dengan berbagai percobaan atau eksperimen yang dilakukan anak-anak
tanpa mereka sadari. Peraturan permainan yang anak-anak ciptakan adalah
serangkaian hasil eksperimen yang kerap berubah sesuai dengan berjalanannya
permainan tersebut. Dalam dunia permainan sering kali tidak ada yang salah
dan benar, namun yang ada hanyalah yang lama dan yang baru. Anak-anak selalu
menemukan hal-hal baru saat bermain karena bebas bereksperimen dan
bereksplorasi.
|
2. Freedom to Fail (Kebebasan Untuk Gagal)
Dalam
bermain anak-anak cenderung lebih tidak takut salah atau gagal. Di sini anak belajar
bahwa kesalahan dan kegagalan adalah bagian dari hidup, dan yang terpenting,
bagian dari proses belajar, agar menjadi lebih baik. Selama kesalahan atau
kegagalan tidak disertai dengan hukuman, anak akan terus berani mencoba dan
mencoba.
|
3. Freedom of Identity (Kebebasan Identitas)
Anak-anak
sangat senang bermain berpura-pura, karena itu permainan lapangan seperti
kejar-kejaran antara polisi dan penjahat hingga permainan Role-Playing Games
(RPG) dalam komputer sangat digemari. Bermain menjalani peran seseorang yang
bukan dirinya sendiri memberikan anak kesempatan mengembangkan imajinasi
menjalani karakter, perspektif, hingga berempati pada sosok individu di luar
dirinya sendiri. Dalam kebebasan identitas ini, anak dapat berganti peran,
memilih peran, dan menemukan berbagai karakter yang cocok dan tidak cocok
dengan dirinya. Anak belajar memahami diri dan memahami orang lain.
|
4. Freedom of Effort (Kebebasan dalam Berusaha)
Dalam
bermain anak-anak bebas untuk memberikan usaha yang minimal atau maksimal
atau sedang sesuai dengan motivasinya dalam permainan tersebut. Tidak ada
paksaan sehingga anak bebas menentukan apa yang mau dilakukannya, bagaimana,
dan karena apa. Motivasi itu datang dari dalam diri sendiri dan memberi hasil
sesuai usaha yang diberikannya pada kegiatan tersebut. Di sini anak dapat
belajar mengenal potensi dan kemampuan apa yang ada dalam dirinya.
|
Kesimpulan
Keempat
kebebasan ini, menurut Professor Scott Osterweil, adalah empat komponen utama
dari sebuah kegiatan yang sangat penting yaitu BELAJAR. Jika kebebasan ini
dihalangi, proses belajar pun terhambat. Dalam pengamatannya, anak-anak
belajar sangat banyak dari berbagai kegiatan bermain, terutama hal-hal yang
sangat penting dan bermanfaat dalam kesuksesan hidupnya. Sayangnya, anak-anak
masih sering dianggap sedang belajar hanya jika berada di sekolah atau saat
mengerjakan tugas sekolah di rumah. Tidak jarang orang tua kuatir jika
anak-anak tidak terlihat mendapat PR yang dari sekolah. Padahal dalam
kenyataannya anak-anak lebih banyak belajar untuk kelangsungan hidupnya saat
bermain. Ajak Anak Mencipta Permainan: Mengambil nasihat dari Prof.
Osterweil, di Clevio Coder Camp anak-anak diberi kebebasan menciptakan
berbagai permainan edu-game bersama dalam kelompok. Dengan game sebagai
motivasi, anak-anak bebas bereksperimen dan berkreasi membuat berbagai topik
pelajaran menjadi seru dengan computer programming, belajar bekerja sama, dan
menjadi technopreneur cilik.
Sumber
: www.clevio.co / camp@clevio.co.
|
No comments:
Post a Comment