 |
sumber foto: www.dasarbali.wordpress.com |
|
|
Ketika
menyampaikan TEDTalk berjudul “Benarkah Sekolah Membunuh Kreativitas?”,
profesor pendidikan Sir Ken Robinson menunjukkan fakta bahwa selalu ada
hierarki subjek pada sistem pendidikan di seluruh dunia, di mana pelajaran
seperti Matematika dan Bahasa menempati prioritas tertinggi sedangkan pelajaran
seni dan kemanusiaan menempati posisi terbawah. Dalam tiap hierarki itu pun ada
sub hierarki lagi, seperti di pelajaran seni yang menempatkan menggambar dan
menyanyi jauh lebih penting daripada seni peran dan menari. Ia kemudian
menyampaikan keheranannya mengapa di sekolah kita tidak mengajari anak-anak
meari seperti kita mengajari mereka Matematika? Bukankah anak-anak menari
setiap saat? Mengapa seiring bertambahnya usia anak, kita semakin berfokus pada
kepala saja? Mengapa menari hanya menjadi pelajaran ekstra kurikuler? Seberapa
(tidak) pentingkah menari dalam pendidikan anak?
Secara
umum tari memiliki beberapa fungsi antara lain: ekspresi budaya, media
komunikasi, salah satu bentuk seni, dan alat sosialisasi pula. Mengajarkan tari
pada anak-anak secara spesifik akan membawa banyak manfaat, seperti:
>>
Kebugaran fisik. (Ya iya lah!) Ini saya tulis pertama karena yang paling
terlihat manfaatnya. Saat menari entah berapa banyak otot yang bekerja, dan
anak dilatih menjadi lebih kuat, seimbang, berstamina, koordinatif dan
fleksibel. Walaupun anak sudah terlihat tidak punya bakat menjadi penari
profesional nantinya namun kalau ia suka menari kemungkinan besar ia akan
memiliki pola hidup yang lebih aktif sampai dewasa nanti. Selain kekuatan dan
lainnya, dengan berlatih menari postur tubuh juga menjadi lebih baik. Cara
berdiri, duduk, berjalan, dan semua aktivitas lain akan menjadi lebih baik (dan
lebih anggun). Terbiasa memiliki postur tubuh yang benar dalam kegiatan
sehari-hari saja sudah akan mengurangi banyak penyakit. Tidak percaya? Silahkan
baca tentang Alexander Technique ini.
>>
Tambahan sedikit soal koordinasi. Coba lihat video di bawah ini tentang seorang
anak yang sedang bermain game Dance Dance Revolution di rumahnya. Skornya
sempurna, koordinasi tubuhnya luar biasa, dan video ini sudah dilihat lebih
dari 5 juta kali di YouTube. Kebanyakan orang yang melihat ini mungkin akan
berkomentar, “Gila nih orang tuanya, anak dibiarin main ginian terus. Pasti gak
pernah belajar nih!” Hmm, justru anak ini belajarnya sudah luar biasa sampai
bisa seperti itu. Kalau saya mungkin akan berkomentar, “Gila aja nih orang
tuanya kalau sampai anak kaya’ gini nggak disekolahin ke sekolah tari atau
atlet. Ini sih sudah kelihatan passion-nya memang di situ dan jenius pula
kecerdasan kinestetiknya!”
>>
Percaya diri dan fokus. Kenapa percaya diri bisa meningkat dengan menari?
Alasan yang langsung terlihat adalah karena mereka akan merasa senang dengan
tubuhnya dan kemampuannya mengolah gerak. Namun bukan hanya itu, Anthony
Robbins, sekorang pakar NLP dan motivasi top dunia, selalu menyarankan semua
orang yang ingin mengubah nasib hidupnya dengan memulai dari mengubah tubuhnya
dulu menjadi lebih sehat dan bugar. Dengan memperhatikan kesehatan dan
kebugaran fisik terlebih dahulu, kita akan benar-benar merasa memegang kendali
dan bertanggung jawab atas diri kita sendiri (bukan berarti melupakan Tuhan
ya). Kemampuan untuk berfokus juga akan meningkat dengan belajar menari. Jelas
lah ini. Gimana bisa menari dengan baik kalau nggak fokus?
>>
Melatih berkomitmen dan disiplin. Berlatih menari yang baik butuh latihan
berkali-kali. Anak akan belajar untuk memiliki komitmen dan dedikasi yang kuat,
serta disiplin berlatih terus menerus bersama rekan-rekannya (menari biasanya
tidak sendiri) agar bisa menari dengan baik. Penari-penari profesional seringkali
harus melewati perjalanan karir yang dipenuhi dengan latihan-latihan intensif
setiap harinya selama bertahun-tahun untuk mencapai kesuksesan. Jangan dikira
menjadi penari itu cukup latihan part time. Silahkan lihat dokumenter tentang
Dance School Julliard (seri 1, seri 2, dan seri 3) ini untuk melihat betapa
berdedikasinya para siswa sekolah tari. Jauh banget dari gambaran anak-anak
sekolah formal… yang kita lihat di sinetron. He he.
>>
Sosialisasi dan kerjasama tim. Menari adalah kegiatan berkelompok yang
memerlukan komunikasi, pengertian, dan kekompakan tim. Ini sih sudah jelas ya?
Tapi lebih dari itu, belajar kerjasama juga didapat dari komitmen untuk datang
dan berlatih. Anak akan belajar untuk tidak mengecewakan rekan-rekan satu
timnya dengan bermalas-malasan karena performa seluruh tim akan terpengaruh
pula. Ini lah yang saya sebut mengajari anak berkolaborasi, bukan hanya
berkompetisi.
>>
Menari juga bisa menjadi saluran bagi anak dalam menyalurkan emosi. Menari
digunakan untuk merepresentasikan banyak perasaan seperti kebebasan, harapan,
gairah, keberanian, kekuatan, dan keanggunan. Bukan itu saja, menari juga bisa
menjadi sarana pelampiasan emosi negatif. Dalam psikologi ada konsep Mekanisme
Pertahanan Ego, yaitu strategi mempertahankan citra ego yang kita gunakan saat
menghadapi kenyataan yang tidak mengenakkan. Ada banyak cara, kebanyakan
negatif, seperti: displacement, regression, repression, isolation, dll. Dari
namanya aja udah seram begitu. Namun ada juga yang positif seperti altruism,
anticipation, humor, dan sublimation. Nah yang terakhir ini, sublimasi, adalah
saat kita mentransformasi emosi atau naluri negatif menjadi aksi, emosi dan
perilaku positif. Contohnya saat kita kesal luar biasa karena dicaci maki bos
di depan rekan-rekan kerja, kita tidak lalu menendang kucing kurang beruntung
yang sedang lewat saat kita pulang, namun kita memilih untuk shalat, atau
berlatih pencak silat, atau… menari! Luar biasa bukan kalau anak sedari kecil
sudah diberi saluran mekanisme pertahanan ego yang baik bagi mereka?
Bayangkan
betapa banyak manfaat yang bisa didapat oleh anak saat mereka belajar dan
berkegiatan menari. Jadi mengapa menari tidak diajarkan pada anak-anak seperti
kita mengajari mereka Matematika? Tanya pemerintah, atau tanya orang tuanya donk.
(To be noted: I’m very good at Mathematics, and I’m very awful at dancing.)
Beberapa
catatan penutup, yang pertama, anak-anak memiliki rentang perhatian yang
pendek. Kalau mengajari mereka menari, usahakan tidak lebih dari 30-45 menit
setiap sesinya. Guru atau orang tua harus memperhatikan ketertarikan si anak,
membuat kelas penuh gerak dan tidak membosankan. Seperti pada pelajaran lain,
yang penting adalah anak bisa bersenang-senang dengannya. Serta yang
paling-paling penting, setelah membaca posting ini dan mengetahui pentingnya
menari, tapi anak kita ternyata tidak menyukai aktivitas menari, ya jangan
dipaksa.
Sumber: www.bincangedukasi.com