Sanggar Seni RKBM CImahi

Sanggar Seni RKBM

Kotak Pencarian

Rumah Kreatif Bunda Mei Headline Animator

Friday 28 November 2014

Mengenal alat musik Tradisional Angklung

http://nusae.files.wordpress.com/2008/12/angklung.jpgnusae.wordpress.com

Angklung adalah alat musik multitonal (bernada ganda) yang secara tradisional berkembang dalam masyarakat Sunda di Pulau Jawa bagian barat. Alat musik ini dibuat dari bambu, dibunyikan dengan cara digoyangkan (bunyi disebabkan oleh benturan badan pipa bambu) sehingga menghasilkan bunyi yang bergetar dalam susunan nada 2, 3, sampai 4 nada dalam setiap ukuran, baik besar maupun kecil. Dictionary of the Sunda Language karya Jonathan Rigg, yang diterbitkan pada tahun 1862 di Batavia, menuliskan bahwa angklung adalah alat musik yang terbuat dari pipa-pipa bambu, yang dipotong ujung-ujungnya, menyerupai pipa-pipa dalam suatu organ, dan diikat bersama dalam suatu bingkai, digetarkan untuk menghasilkan bunyi. Angklung terdaftar sebagai Karya Agung Warisan Budaya Lisan dan Nonbendawi Manusia dari UNESCO sejak November 2010.

Asal-usul


Anak-anak Jawa Barat bermain angklung di awal abad ke-20.
Tidak ada petunjuk sejak kapan angklung digunakan, tetapi diduga bentuk primitifnya telah digunakan dalam kultur Neolitikum yang berkembang di Nusantara sampai awal penanggalan modern, sehingga angklung merupakan bagian dari relik pra-Hinduisme dalam kebudayaan Nusantara.
Catatan mengenai angklung baru muncul merujuk pada masa Kerajaan Sunda (abad ke-12 sampai abad ke-16). Asal usul terciptanya musik bambu, seperti angklung berdasarkan pandangan hidup masyarakat Sunda yang agraris dengan sumber kehidupan dari padi (pare) sebagai makanan pokoknya. Hal ini melahirkan mitos kepercayaan terhadap Nyai Sri Pohaci sebagai lambang Dewi Padi pemberi kehidupan (hirup-hurip). Masyarakat Baduy, yang dianggap sebagai sisa-sisa masyarakat Sunda asli, menerapkan angklung sebagai bagian dari ritual mengawali penanaman padi. Permainan angklung gubrag di Jasinga, Bogor, adalah salah satu yang masih hidup sejak lebih dari 400 tahun lampau. Kemunculannya berawal dari ritus padi. Angklung diciptakan dan dimainkan untuk memikat Dewi Sri turun ke bumi agar tanaman padi rakyat tumbuh subur.
Jenis bambu yang biasa digunakan sebagai alat musik tersebut adalah bambu hitam (awi wulung) dan bambu putih (awi temen). Tiap nada (laras) dihasilkan dari bunyi tabung bambunya yang berbentuk bilah (wilahan) setiap ruas bambu dari ukuran kecil hingga besar.
Dikenal oleh masyarakat sunda sejak masa kerajaan Sunda, di antaranya sebagai penggugah semangat dalam pertempuran. Fungsi angklung sebagai pemompa semangat rakyat masih terus terasa sampai pada masa penjajahan, itu sebabnya pemerintah Hindia Belanda sempat melarang masyarakat menggunakan angklung, pelarangan itu sempat membuat popularitas angklung menurun dan hanya dimainkan oleh anak- anak pada waktu itu.[butuh rujukan]
Selanjutnya lagu-lagu persembahan terhadap Dewi Sri tersebut disertai dengan pengiring bunyi tabuh yang terbuat dari batang-batang bambu yang dikemas sederhana yang kemudian lahirlah struktur alat musik bambu yang kita kenal sekarang bernama angklung. Demikian pula pada saat pesta panen dan seren taun dipersembahkan permainan angklung. Terutama pada penyajian Angklung yang berkaitan dengan upacara padi, kesenian ini menjadi sebuah pertunjukan yang sifatnya arak-arakan atau helaran, bahkan di sebagian tempat menjadi iring-iringan Rengkong dan Dongdang serta Jampana (usungan pangan) dan sebagainya.
Dalam perkembangannya, angklung berkembang dan menyebar ke seantero Jawa, lalu ke Kalimantan dan Sumatera. Pada 1908 tercatat sebuah misi kebudayaan dari Indonesia ke Thailand, antara lain ditandai penyerahan angklung, lalu permainan musik bambu ini pun sempat menyebar di sana.
Bahkan, sejak 1966, Udjo Ngalagena —tokoh angklung yang mengembangkan teknik permainan berdasarkan laras-laras pelog, salendro, dan madenda— mulai mengajarkan bagaimana bermain angklung kepada banyak orang dari berbagai komunitas.

Sumber: Wikipedia.org

Saturday 15 November 2014

ACARA PERTUNJUKKAN RAKYAT - SOSIALISASI PON XIX JABAR 2016


Pertunjukkan Rakyat dalam rangka Sosialisasi PON XIX Jabar tahun 2016 yang diselenggarakan hari Sabtu, 15 November 2014 di Graha Harmoni Litasari FM bekerjasama dengan Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat dengan Radio Litasari FM 90.9 Cilember Cimindi Bandung, dimeriahkan dengan berbagai macam hiburan yang diantaranya dimeriahkan dengan tarian anak kreasi sunda "Manuk Dadali" dan Tari kreasi "Topeng Cantik" yang dibawakan oleh anak-anak Sanggar Seni RKBM Cimahi pimpinan BundaMei.
Grup Tari Kreasi Sunda Topeng Cantik & Manuk Dadali asuhan Sanggar Seni RKBM

Tarian Kreasi Sunda "Manuk Dadali"

Bunda Mei bersama anak didik Putri Azmi

Wednesday 12 November 2014

Pertunjukkan Rakyat dalam rangka Menyambut & Mensukseskan PON XIX Jabar 2016

Dinas Komunikasi dan Informatika Provinsi Jawa Barat akan mengadakanacara Pertunjukan Rakyat dan Sharing Motivasi pada tanggal 15 November 2014 yang akan digelar di Graha Harmoni Radio Litasari FM Jl. Budhi Cimindi-Bandung, Sanggar Seni Rumah Kreatif Bunda Mei turut berpartisipasi dengan mengirimkan 2 grup tarian kreasi anak (Tari Manuk Dadali & Tari Topeng Sunda Kreasi).
Adapun acara selengkapnya sebagai berikut:
- Tarian Manuk Dadali & Tari Kreasi Topeng Sunda dari Sanggar Seni Rumah Kreatif Bunda Mei (RKBM)
- Sharing Motivasi oleh Dra. Ekorini Kuntowati, Psi. (PPI)
- Paduan Suara Pendidikan Perempuan Indonesia (PPI) Angkatan ke 3
- Pertunjukkan Rakyat Kacapi Bobodoran, bersama Kang Uci RT. dkk
- Temu Pendengar bersama Pendongeng Sunda Mang Barna dan Crew Radio Litasari FM

Bagi yang ingin menyaksikan acara ini silahkan datang langsung ke Graha Harmoni Litasari FM dimulai pukul 08.00 sampai dengan selesai.
Salam.
BundaMei

Thursday 6 November 2014

Kegiatan Sanggar RKBM Bulan November 2014

Jadwal Kegiatan Sanggar RKBM
  • 10 November 2014
Upacara Adat Mapag Tamu
Acara Resmi Pemerintah Kota Cimahi di Hotel Horison Bandung
Penari :  Meta, Putri, Alya, Najwa, Kania, Dini, Selfi dan Jajang (Lengser)

  • 15 November 2014

Pentas Tari Kreasi Anak
Acara: Seminar Dr. R.Adj. Irma Indriyani, di Grha Harmoni - Lita Sari Bandung
Penari: Putri Azmi, Keyla, Aura, Tiara (Tari Kreasi Manuk Dadali)
           Najwa, Kania, Azel, Ica (Tari Kreasi Sunda - Topeng)

* Acara tentatif bila tidak ada perubahan waktu dan tempat