Pakar kuliner William Wongso
Wiliam
Wongso melihat potensi bisnis kuliner sangat cerah pada bulan puasa.
Siapa pun yang memiliki keberanian, modal, dan kompetensi bisa
memanfaatkan momentum ini untuk memulai bisnisnya. Mulailah dengan
memperhatikan kebutuhan pasar.
Di Jakarta, misalnya, dengan karakter masyarakat yang selalu berpacu
dengan waktu, warga membutuhkan makanan yang gampang dibawa. Takjil atau
makanan yang dikemas untuk satu kali makan cocok untuk ditawarkan
kepada mereka.
“Untuk pebisnis pemula, fokus saja pada satu produk andalan dan
bangun reputasi,” ujar pakar kuliner yang juga penggerak komunitas Aku
Cinta Makanan Indonesia (ACMI) ini.
Pebisnis musiman bisa merebut kembali hati konsumen ketika
reputasinya sudah tak diragukan. Orang akan mencari produk mereka karena
ingat dengan rasanya yang memanjakan selera.
“Akan tetapi, pebisnis pemula mesti bersabar karena membangun
reputasi itu perlu waktu setidaknya setahun,” ucap William seusai
menghadiri peluncuran gerakan sosial Dayakan Indonesia, Rabu (19/6), di
Jakarta.
Fatmah Bahalwan sepakat dengan pemikiran tersebut. Pendiri Natural
Cooking Club ini mengajak pelaku bisnis kuliner untuk menyesuaikan
produk dengan kebutuhan target konsumen dan menetapkan harga yang tepat
tanpa menomorduakan kualitas.
“Ramadhan kali ini, masyarakat sepertinya akan kaget mendapati
kenaikan harga kue kering dan makanan berbuka puasa,” kata Fatmah kepada
Republika dalam kesempatan terpisah.
Makin tingginya harga produk kuliner tersebut tak bisa terelakkan
menyusul kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Produsen harus
menyesuaikan harga jual karena mereka membeli bahan baku dengan harga
yang sudah meroket. “Awalnya konsumen pasti kaget, namun perlahan mereka
akan menerima kenyataan tersebut,” jelas Fatmah.
Tahun ini, aneka varian kue berwarna pelangi masih akan mendominasi
pasar. Lidah kucing dan nastar pelangi yang dikemas cantik akan banyak
ditawarkan. “Untuk cake yang biasanya menjadi buah tangan saat
silaturahim Idul Fitri, rainbow cake dan red velvet masih akan menjadi
favorit konsumen,” kata Fatmah.
Produk yang halal, enak, dan menarik akan tampil sebagai juara di
hati konsumen. Untuk mempromosikannya, penjual dapat memanfaatkan blog,
Facebook, atau Twitter. Sertakan foto yang cantik untuk memikat calon
pembeli. “Kalau mau ikut bazar, ikuti secara berkesinambungan. Jangan
berhenti di satu bazar saja,” saran Fatmah.
Reporter : Reiny Dwinanda/Nora Azizah |
Redaktur : A.Syalaby Ichsan |
Sumber : Harian Republika |
No comments:
Post a Comment