Sanggar Seni RKBM CImahi

Sanggar Seni RKBM

Kotak Pencarian

Rumah Kreatif Bunda Mei Headline Animator

Wednesday 10 September 2014

Artikel



Penanganan Terkini Gangguan Belajar Disleksia Pada Anak - Bagian I


Disleksia adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan menulis. Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan  seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam  perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.  

Terminologi disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan  kemampuan membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada tipe ini sering disebut sebagai Aleksia.  Selain mempengaruhi kemampuan membaca dan menulis, disleksia juga  ditengarai juga mempengaruhi kemampuan berbicara pada beberapa  pengidapnya.
Penderita disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai  penderita. Disleksia tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang  untuk menyusun atau membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga  dalam berbagai macam urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan  kanan, dan sulit menerima perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori  pada otak. Hal ini yang sering menyebabkan penderita disleksia dianggap  tidak konsentrasi dalam beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula  bahwa penderita tidak dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian,  panjang lebar.
Sejumlah ahli juga mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemrosesan input atau  informasi yang berbeda (dari anak normal) yang sering kali ditandai  dengan kesulitan dalam membaca yang dapat memengaruhi area kognisi,  seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan input, kemampuan  pengaturan waktu, aspek koordinasi, dan pengendalian gerak. Dapat juga  terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan  kemampuan di berbagai aspek perkembangan.
Faktor resiko  tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa atau latar belakang  sosio-ekonomi-pendidikan tampaknya tidak berkaitan dengan penderita Disleksia. bisa mengalami disleksia. Tetapi  riwayat  keluarga dengan disleksia merupakan factor risiko terpenting karena  23-65% orangtua disleksia mempunyai anak disleksia juga.
Pada  awalnya anak lelaki dianggap lebih banyak menyandang disleksia, tapi  penelitian – penelitian terkini menunjukkna tidak ada perbedaan  signifikan antara jumlah laki dan perempuan yang menglami disleksia.  Namun karena sifat perangai laki-laki lebih kentara jika terdapat  tingkah laku yang bermasalah, maka sepertinya kasus disleksia pada  laki-laki lebih sering dikenali dibandingkan pada perempuan.
Para peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari orang tua.
Secara umum disleksi dibagi sebagai disleksia sebagai  visiual, disleksia auditori dan disleksia kombinasi (visual-auditori).  Sebagian ahli lain membagi disleksia berdasarkan apa yang dipersepsi  oleh mereka yang mengalaminya yaitu persepsi pembalikan konsep (suatu  kata dipersepsi sebagai lawan katanya), persepsi disorientasi vertical  atau horizontal (huruf atau kata berpindah tempat dari depan ke belakang  atau  sebaliknya, dari barisan atas ke barisan bawah dan sebaliknya),  persepsi teks terlihat terbalik seperti di dalam cermin, dan persepsi di  mana huruf atau kata-kata tertentu jadi seperti “ menghilang.”
Ada dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir) dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak.  Disfungsi tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area  fonologis (membaca). Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah  telat berbicara, artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan  mempelajari bentuk dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang  dan waktu, serta kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan  berurutan. Pada usia sekolah, umumnya penderita disleksia dapat  mengalami keuslitan menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca,  kesulitan memegang alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam  menerima.
Penelitian  retrospektif menunjukkan disleksia merupakan suatu keadaan yang menetap  dan kronis. “Ketidak mampuannya” di masa anak yang nampak seperti  “menghilang” atau “berkurang” di masa dewasa bukanlah kareana disleksia  nya telah sembuh namun karena individu tersebut berhasil menemukan  solusi untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh disleksia nya  tersebut.
Mengingat  demikian “kompleks”nya keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan  bagi orang tua yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda seperti  tersebut di atas, agar segera membawa anaknya berkonsultsi kepada tenaga  medis profesional yang kapabel di bidang tersebut. Karena semakin dini  kelainan ini  dikenali, semakin “mudah” pula  intervensi yang dapat dilakukan, sehingga anak tidak terlanjur larut  dalam kondisi yang lebih parah.

Tokoh-tokoh terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi disleksia adalah
  • Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, dan Vanessa Amorosi, Orlando Bloom, Cher, Steve Jobs, Walt Disney, Erin Brockovitch , Thomas Edison, Tracey Gold, General George Patton, Salma Hayek, Nelson Rockefeller, Jewel, Pablo Picasso, Keira Knightley,  Hans Christian Anderson, Leonardo da Vinci,  John Lennon, Alexander Graham Bell, Thomas Jefferson, John F. Kennedy, George Washington, Mohammad Ali, Steven Spielberg
Pada masa usia prasekolah ini dapat diperinci  menjadi dua masa, yaitu masa vital dan masa estetik
  1. Masa Vital. Pada  masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan  berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun  pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena  mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan anak memasukkan apa saja yang  dijumpai ke dalam mulutnya itu, tidaklah karena mulut sumber kenikmatan  utama, tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan  eksplorasi (penelitian) dan belajar.
  2. Masa Estetik. Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa  keindahan. Kata estetik di sini dalam arti bahwa pada masa ini,  perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Kegiatan  eksploitasi dan belajar anak terutama menggunakan panca inderanya, pada  masa ini, indera masih peka, karena itu Montessori menciptakan  bermacam-macam alat permainan untuk melatih panca inderanya.
Karakteristik Disleksia
  • Tanda-tanda disleksia bisa dideteksi sejak dini. Pada usia  prasekolah, pengidap disleksia biasanya kidal atau tak mahir jika cuma  memakai satu tangan, bingung atau sering tertukar kanan dan kiri. Selain  itu, mereka suka tergesa-gesa, miskin kosakata, atau kesulitan memilih  terminologi atau nama yang tepat. Misalnya, “Saya tak mau berenang  karena kolamnya tebal,” (baca: dalam) atau “Kemarin saya diberi kue sama  si itu.”
  • Pada usia 5-8 tahun, hal itu ditandai dengan kesulitan  mempelajari huruf dan bunyinya, menggabungkan huruf menjadi kata,  membaca, dan memegang alat tulis. “Pada umur 7 tahun seharusnya bisa  menguasai huruf. Jika pada umur 8-9 tahun masih tak bisa, dimungkinkan  disleksia,” kata dia.
  • Tanda lain adalah kebingungan soal konsep  ruang dan waktu serta kesulitan mencerna perintah yang disampaikan  secara verbal, cepat, dan berurutan. Namun, yang patut dipahami adalah  disleksia bukan karena si penyandang bodoh. Beberapa penyandang  disleksia justru orang yang brilian.
  • Terdapat hambatan dalam masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan  sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan  membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata  yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima  belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi  berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.
  • Terdapat hambatan dalam masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level  kecerdasan normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai  kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama  teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di  sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat  menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk  pertanyaan yang sederhana.
  • Terdapat hambatan dalam masalah penyusunan yang  sistematis atau berurut: Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun  sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari  dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa”  susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa  apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung  pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah  mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda  kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan  perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami  instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45  menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu  Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung”  dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin  apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
  • Terdapat hambatan dalam masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan  memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya  ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti  pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan  siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya,  ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh  instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh  perkataan ibunya.
  • Terdapat hambatan dalam masalah pemahaman sintaks: Anak  disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa,  terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau  lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia  mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata  bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa  Indonesia dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah).  Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-diterangkan  (contoh: red bag).
  • Masalah yang juga bisa  mengikuti penyandang disleksia di antaranya  konsentrasi, daya ingat  jangka pendek (cepat lupa dengan instruksi).  “Penyandang disleksia juga  mengalami masalah dalam pengorganisasian.  Mereka cenderung tidak  teratur. Misalnya, memakai sepatu tetapi lupa  memakai kaus kaki. Masalah  lainnya, kesulitan dalam penyusunan atau  pengurutan, entah itu hari,  angka, atau huruf.
  • Biasanya disertai  attention-deficit hyperactivity disorder,  autisme, demam bengong (epilepsi tipe lena), keterbelakangan mental,  dan kecerdasan di atas rata-rata. “Jika ada kelainan lain, perlu diberi  terapi multidisiplin.
  • Penyandang disleksia juga  punya sisi positif. Biasanya mereka memiliki kemampuan di bidang lain  yang baik, bahkan melebihi rata-rata. “Otak pengidap disleksia membaca  dengan cara yang tak sama dengan mereka yang tak mengidap disleksia. Biasanya mereka memiliki keunggulan di bidang  visual-spasial, kesadaran sosial, penyelesaian masalah, geometri, atau  komputer
Tanda Disleksia Pra Sekolah
  • Suka mencampur adukkan kata-kata dan frasa
  • Kesulitan mempelajari rima (pengulangan bunyi) dan ritme (irama)
  • Sulit mengingat nama atau sebuah obyek
  • Perkembangan kemampuan berbahasa yang terlambat
  • Senang dibacakan buku, tapi tak tertarik pada huruf atau kata-kata
  • Sulit untuk berpakaian
Adapun tanda-tanda disleksia di usia sekolah dasar:
  • Sulit membaca dan mengeja
  • Sering tertukar huruf dan angka
  • Sulit mengingat alfabet atau mempelajari tabel
  • Sulit mengerti tulisan yang ia baca
  • Lambat dalam menulis
  • Sulit konsentrasi
  • Susah membedakan kanan dan kiri, atau urutan hari dalam sepekan
  • Percaya diri yang rendah
  • Masih tetap kesulitan dalam berpakaian
 Bersambung....

Sumber :.tumbuhkembanganakku.com

No comments: