Penanganan Terkini Gangguan Belajar
Disleksia Pada Anak - Bagian I
Disleksia
adalah sebuah kondisi ketidakmampuan belajar pada seseorang yang disebabkan
oleh kesulitan pada orang tersebut dalam melakukan aktivitas membaca dan
menulis. Pada umumnya keterbatasan ini hanya ditujukan pada kesulitan
seseorang dalam membaca dan menulis, akan tetapi tidak terbatas dalam
perkembangan kemampuan standar yang lain seperti kecerdasan, kemampuan
menganalisa dan juga daya sensorik pada indera perasa.
Terminologi
disleksia juga digunakan untuk merujuk kepada kehilangan kemampuan
membaca pada seseorang dikarenakan akibat kerusakan pada otak. Disleksia pada
tipe ini sering disebut sebagai Aleksia. Selain mempengaruhi kemampuan
membaca dan menulis, disleksia juga ditengarai juga mempengaruhi
kemampuan berbicara pada beberapa pengidapnya.
Penderita
disleksia secara fisik tidak akan terlihat sebagai penderita. Disleksia
tidak hanya terbatas pada ketidakmampuan seseorang untuk menyusun atau
membaca kalimat dalam urutan terbalik tetapi juga dalam berbagai macam
urutan, termasuk dari atas ke bawah, kiri dan kanan, dan sulit menerima
perintah yang seharusnya dilanjutkan ke memori pada otak. Hal ini yang
sering menyebabkan penderita disleksia dianggap tidak konsentrasi dalam
beberapa hal. Dalam kasus lain, ditemukan pula bahwa penderita tidak
dapat menjawab pertanyaan yang seperti uraian, panjang lebar.
Sejumlah
ahli juga mendefinisikan disleksia sebagai suatu kondisi pemrosesan input atau
informasi yang berbeda (dari anak normal) yang sering kali ditandai
dengan kesulitan dalam membaca yang dapat memengaruhi area kognisi,
seperti daya ingat, kecepatan pemrosesan input, kemampuan
pengaturan waktu, aspek koordinasi, dan pengendalian gerak. Dapat juga
terjadi kesulitan visual dan fonologis, dan biasanya terdapat perbedaan
kemampuan di berbagai aspek perkembangan.
Faktor
resiko tanpa memandang jenis kelamin, suku bangsa atau latar
belakang sosio-ekonomi-pendidikan tampaknya tidak berkaitan dengan
penderita Disleksia. bisa mengalami disleksia. Tetapi riwayat
keluarga dengan disleksia merupakan factor risiko terpenting karena
23-65% orangtua disleksia mempunyai anak disleksia juga.
Pada
awalnya anak lelaki dianggap lebih banyak menyandang disleksia, tapi
penelitian – penelitian terkini menunjukkna tidak ada perbedaan
signifikan antara jumlah laki dan perempuan yang menglami disleksia.
Namun karena sifat perangai laki-laki lebih kentara jika terdapat tingkah
laku yang bermasalah, maka sepertinya kasus disleksia pada laki-laki
lebih sering dikenali dibandingkan pada perempuan.
Para
peneliti menemukan disfungsi ini disebabkan oleh kondisi dari biokimia otak
yang tidak stabil dan juga dalam beberapa hal akibat bawaan keturunan dari
orang tua.
Secara
umum disleksi dibagi sebagai disleksia sebagai visiual, disleksia
auditori dan disleksia kombinasi (visual-auditori). Sebagian ahli lain
membagi disleksia berdasarkan apa yang dipersepsi oleh mereka yang
mengalaminya yaitu persepsi pembalikan konsep (suatu kata dipersepsi
sebagai lawan katanya), persepsi disorientasi vertical atau horizontal
(huruf atau kata berpindah tempat dari depan ke belakang atau
sebaliknya, dari barisan atas ke barisan bawah dan sebaliknya), persepsi
teks terlihat terbalik seperti di dalam cermin, dan persepsi di mana
huruf atau kata-kata tertentu jadi seperti “ menghilang.”
Ada
dua tipe disleksia, yaitu developmental dyslexsia (bawaan sejak lahir)
dan aquired dyslexsia (didapat karena gangguan atau perubahan cara otak
kiri membaca). Developmental dyslexsia diderita sepanjang hidup pasien
dan biasanya bersifat genetik. Beberapa penelitian menyebutkan bahwa penyakit
ini berkaitan dengan disfungsi daerah abu-abu pada otak. Disfungsi
tersebut berhubungan dengan perubahan konektivitas di area fonologis (membaca).
Beberapa tanda-tanda awal disleksia bawaan adalah telat berbicara,
artikulasi tidak jelas dan terbalik-balik, kesulitan mempelajari bentuk
dan bunyi huruf-huruf, bingung antara konsep ruang dan waktu, serta
kesulitan mencerna instruksi verbal, cepat, dan berurutan. Pada usia
sekolah, umumnya penderita disleksia dapat mengalami keuslitan
menggabungkan huruf menjadi kata, kesulitan membaca, kesulitan memegang
alat tulis dengan baik, dan kesulitan dalam menerima.
Penelitian
retrospektif menunjukkan disleksia merupakan suatu keadaan yang menetap
dan kronis. “Ketidak mampuannya” di masa anak yang nampak seperti
“menghilang” atau “berkurang” di masa dewasa bukanlah kareana disleksia
nya telah sembuh namun karena individu tersebut berhasil menemukan solusi
untuk mengatasi kesulitan yang diakibatkan oleh disleksia nya tersebut.
Mengingat
demikian “kompleks”nya keadaan disleksia ini, maka sangat disarankan bagi
orang tua yang merasa anaknya menunjukkan tanda-tanda seperti tersebut di
atas, agar segera membawa anaknya berkonsultsi kepada tenaga medis
profesional yang kapabel di bidang tersebut. Karena semakin dini kelainan
ini dikenali, semakin “mudah” pula intervensi yang dapat dilakukan,
sehingga anak tidak terlanjur larut dalam kondisi yang lebih parah.
Tokoh-tokoh
terkenal yang diketahui mempunyai disfungsi disleksia adalah
- Albert Einstein, Tom Cruise, Orlando Bloom, Whoopi Goldberg, dan Vanessa Amorosi, Orlando Bloom, Cher, Steve Jobs, Walt Disney, Erin Brockovitch , Thomas Edison, Tracey Gold, General George Patton, Salma Hayek, Nelson Rockefeller, Jewel, Pablo Picasso, Keira Knightley, Hans Christian Anderson, Leonardo da Vinci, John Lennon, Alexander Graham Bell, Thomas Jefferson, John F. Kennedy, George Washington, Mohammad Ali, Steven Spielberg
Pada
masa usia prasekolah ini dapat diperinci menjadi dua masa, yaitu masa
vital dan masa estetik
- Masa Vital. Pada masa ini, individu menggunakan fungsi-fungsi biologis untuk menemukan berbagai hal dalam dunianya. Untuk masa belajar, Freud menamakan tahun pertama dalam kehidupan individu itu sebagai masa oral (mulut), karena mulut dipandang sebagai sumber kenikmatan anak memasukkan apa saja yang dijumpai ke dalam mulutnya itu, tidaklah karena mulut sumber kenikmatan utama, tetapi karena waktu itu mulut merupakan alat untuk melakukan eksplorasi (penelitian) dan belajar.
- Masa Estetik. Pada masa ini dianggap sebagai masa perkembangan rasa keindahan. Kata estetik di sini dalam arti bahwa pada masa ini, perkembangan anak yang terutama adalah fungsi panca inderanya. Kegiatan eksploitasi dan belajar anak terutama menggunakan panca inderanya, pada masa ini, indera masih peka, karena itu Montessori menciptakan bermacam-macam alat permainan untuk melatih panca inderanya.
Karakteristik
Disleksia
- Tanda-tanda disleksia bisa dideteksi sejak dini. Pada usia prasekolah, pengidap disleksia biasanya kidal atau tak mahir jika cuma memakai satu tangan, bingung atau sering tertukar kanan dan kiri. Selain itu, mereka suka tergesa-gesa, miskin kosakata, atau kesulitan memilih terminologi atau nama yang tepat. Misalnya, “Saya tak mau berenang karena kolamnya tebal,” (baca: dalam) atau “Kemarin saya diberi kue sama si itu.”
- Pada usia 5-8 tahun, hal itu ditandai dengan kesulitan mempelajari huruf dan bunyinya, menggabungkan huruf menjadi kata, membaca, dan memegang alat tulis. “Pada umur 7 tahun seharusnya bisa menguasai huruf. Jika pada umur 8-9 tahun masih tak bisa, dimungkinkan disleksia,” kata dia.
- Tanda lain adalah kebingungan soal konsep ruang dan waktu serta kesulitan mencerna perintah yang disampaikan secara verbal, cepat, dan berurutan. Namun, yang patut dipahami adalah disleksia bukan karena si penyandang bodoh. Beberapa penyandang disleksia justru orang yang brilian.
- Terdapat hambatan dalam masalah fonologi: Yang dimaksud masalah fonologi adalah hubungan sistematik antara huruf dan bunyi. Misalnya mereka mengalami kesulitan membedakan ”paku” dengan ”palu”; atau mereka keliru memahami kata-kata yang mempunyai bunyi hampir sama, misalnya ”lima puluh” dengan ”lima belas”. Kesulitan ini tidak disebabkan masalah pendengaran, tetapi berkaitan dengan proses pengolahan input di dalam otak.
- Terdapat hambatan dalam masalah mengingat perkataan: Kebanyakan anak disleksia mempunyai level kecerdasan normal atau di atas normal. Namun, mereka mempunyai kesulitan mengingat perkataan. Mereka mungkin sulit menyebutkan nama teman-temannya dan memilih untuk memanggilnya dengan istilah “temanku di sekolah” atau “temanku yang laki-laki itu”. Mereka mungkin dapat menjelaskan suatu cerita, tetapi tidak dapat mengingat jawaban untuk pertanyaan yang sederhana.
- Terdapat hambatan dalam masalah penyusunan yang sistematis atau berurut: Anak disleksia mengalami kesulitan menyusun sesuatu secara berurutan misalnya susunan bulan dalam setahun, hari dalam seminggu, atau susunan huruf dan angka. Mereka sering ”lupa” susunan aktivitas yang sudah direncanakan sebelumnya, misalnya lupa apakah setelah pulang sekolah langsung pulang ke rumah atau langsung pergi ke tempat latihan sepak bola. Padahal, orangtua sudah mengingatkannya bahkan mungkin hal itu sudah pula ditulis dalam agenda kegiatannya. Mereka juga mengalami kesulitan yang berhubungan dengan perkiraan terhadap waktu. Misalnya mereka mengalami kesulitan memahami instruksi seperti ini: ”Waktu yang disediakan untuk ulangan adalah 45 menit. Sekarang pukul 08.00. Maka 15 menit sebelum waktu berakhir, Ibu Guru akan mengetuk meja satu kali”. Kadang kala mereka pun ”bingung” dengan perhitungan uang yang sederhana, misalnya mereka tidak yakin apakah uangnya cukup untuk membeli sepotong kue atau tidak.
- Terdapat hambatan dalam masalah ingatan jangka pendek: Anak disleksia mengalami kesulitan memahami instruksi yang panjang dalam satu waktu yang pendek. Misalnya ibu menyuruh anak untuk “Simpan tas di kamarmu di lantai atas, ganti pakaian, cuci kaki dan tangan, lalu turun ke bawah lagi untuk makan siang bersama ibu, tapi jangan lupa bawa serta buku PR Matematikanya, ya”, maka kemungkinan besar anak disleksia tidak melakukan seluruh instruksi tersebut dengan sempurna karena tidak mampu mengingat seluruh perkataan ibunya.
- Terdapat hambatan dalam masalah pemahaman sintaks: Anak disleksia sering mengalami kebingungan dalam memahami tata bahasa, terutama jika dalam waktu yang bersamaan mereka menggunakan dua atau lebih bahasa yang mempunyai tata bahasa yang berbeda. Anak disleksia mengalami masalah dengan bahasa keduanya apabila pengaturan tata bahasanya berbeda daripada bahasa pertama. Misalnya dalam bahasa Indonesia dikenal susunan diterangkan–menerangkan (contoh: tas merah). Namun, dalam bahasa Inggris dikenal susunan menerangkan-diterangkan (contoh: red bag).
- Masalah yang juga bisa mengikuti penyandang disleksia di antaranya konsentrasi, daya ingat jangka pendek (cepat lupa dengan instruksi). “Penyandang disleksia juga mengalami masalah dalam pengorganisasian. Mereka cenderung tidak teratur. Misalnya, memakai sepatu tetapi lupa memakai kaus kaki. Masalah lainnya, kesulitan dalam penyusunan atau pengurutan, entah itu hari, angka, atau huruf.
- Biasanya disertai attention-deficit hyperactivity disorder, autisme, demam bengong (epilepsi tipe lena), keterbelakangan mental, dan kecerdasan di atas rata-rata. “Jika ada kelainan lain, perlu diberi terapi multidisiplin.
- Penyandang disleksia juga punya sisi positif. Biasanya mereka memiliki kemampuan di bidang lain yang baik, bahkan melebihi rata-rata. “Otak pengidap disleksia membaca dengan cara yang tak sama dengan mereka yang tak mengidap disleksia. Biasanya mereka memiliki keunggulan di bidang visual-spasial, kesadaran sosial, penyelesaian masalah, geometri, atau komputer
Tanda
Disleksia Pra Sekolah
- Suka mencampur adukkan kata-kata dan frasa
- Kesulitan mempelajari rima (pengulangan bunyi) dan ritme (irama)
- Sulit mengingat nama atau sebuah obyek
- Perkembangan kemampuan berbahasa yang terlambat
- Senang dibacakan buku, tapi tak tertarik pada huruf atau kata-kata
- Sulit untuk berpakaian
Adapun
tanda-tanda disleksia di usia sekolah dasar:
- Sulit membaca dan mengeja
- Sering tertukar huruf dan angka
- Sulit mengingat alfabet atau mempelajari tabel
- Sulit mengerti tulisan yang ia baca
- Lambat dalam menulis
- Sulit konsentrasi
- Susah membedakan kanan dan kiri, atau urutan hari dalam sepekan
- Percaya diri yang rendah
- Masih tetap kesulitan dalam berpakaian
Sumber :.tumbuhkembanganakku.com
No comments:
Post a Comment